Mengenai penyakit Diabetes



apa itu penyakit diabetes
sourceimg:google

Diabetes ,suatu kata yang tidak asing lagi bagi kita, yaitu suatu penyakit mengenai ketidaknormalan fungsi suatu organ yang mengakibatkan kelebihan gula darah, sehingga menyebabkan berapa-berapa komplikasi untuk lebih jelasnya mengenai penyakit ini kita bahas satu-satu.







DEFINISI
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat.

Kadar gula darah bervariasi sepanjang hari. Gula darah akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah berpuasa malam sebelumnya adalah 70-110 mg/dL. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya.
Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi progresif setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif.

Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas. Insulin merupakan zat utama yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah. Insulin menyebabkan gula dapat masuk ke dalam sel sehingga menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi.
Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah dapat menurun secara perlahan. Pada saat melakukan aktivitas fisik kadar gula darah juga bisa turun karena otot menggunakan glukosa untuk energi.

PENYEBAB
Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan respon yang tepat terhadap insulin.

Pembentukan insulin

Penderita diabetes mellitus tipe I (diabetes yang tergantung kepada insulin) menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak menghasilkan insulin. Pada diabetes tipe I, 90% sel penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan permanen sehingga terjadi kekurangan insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin secara teratur. Sebagian besar diabetes mellitus tipe I terjadi sebelum usia 30 tahun.

Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan (seperti infeksi virus atau faktor gizi pada masa kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem kekebalan menghancurkan sel penghasil insulin di pankreas. Terjadinya hal ini dipengaruhi oleh adanya faktor genetik.

Sumber : http://health.allrefer.com
Pada diabetes mellitus tipe II (diabetes yang tidak tergantung kepada insulin), pankreas tetap menghasilkan insulin, dengan jumlah yang terkadang lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efek insulin, sehingga terjadi kekurangan insulin relatif. Sekitar 90% penderita diabetes menderita diabetes tipe II. Diabetes tipe II bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun.
Faktor resiko untuk diabetes tipe II adalah obesitas. 80-90% penderita diabetes tipe II mengalami obesitas. Diabetes tipe II juga cenderung bersifat diturunkan.
Sumber : http://www.medicinenet.com
Penyebab diabetes lainnya adalah:

  • Obat-obatan yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin, antara lain diltiazem, niacin, kortikosteroid (seperti prednison), isoniazid, epinefrin, dan furosemid. 
  • Kehamilan (diabetes gestasional). Selama kehamilan, plasenta menghasilkan hormon-hormon untuk mempertahankan kehamilan. Hormon-hormon ini membuat sel-sel tubuh menjadi resisten terhadap insulin. Dengan bertambah besarnya plasenta pada trimester kedua dan ketiga kehamilan, hormon-hormon ini semakin banyak dihasilkan sehingga membuat sel-sel lebih resisten terhadap insulin. Normalnya pakreas akan merespon hal ini dengan memproduksi insulin lebih banyak. Tetapi terkadang pankreas tidak dapat melakukannya, sehingga menyebabkan gula (glukosa) tidak dapat masuk ke dalam sel dan menumpuk di dalam darah. Keadaan ini dinamakan diabetes pada kehamilan (diabetes gestasional).





GEJALA

Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah melebihi 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, maka ginjal akan membuang air lebih banyak untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita menjadi lebih sering berkemih dengan air kemih yang lebih banyak (poliuri).

Akibat poliuri penderita akan merasa haus yang berlebihan sehingga akan lebih banyak minum (polidipsi).

Sejumlah besar kalori akan hilang di dalam air kemih, sehingga penderita akan mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi hal ini penderita seringkali akan merasa sangat lapar sehingga menjadi lebih banyak makan (polifagi).

Sumber : http://www.tabletsmanual.com
Gejala lain diabetes mellitus adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya ketahanan selama melakukan olah raga. Penderita diabetes dengan gula darah yang kurang terkontrol akan lebih peka terhadap infeksi. Karena kekurangan insulin yang berat, maka sebelum menjalani pengobatan penderita diabetes tipe I hampir selalu mengalami penurunan berat badan. Sebagian besar penderita diabetes tipe II tidak mengalami penurunan berat badan.

Pada penderita diabetes tipe I, gejala timbul secara tiba-tiba dan bisa berkembang dengan cepat menjadi suatu keadaan yang disebut ketoasidosis diabetikum. Kadar gula di dalam darah tinggi tetapi karena sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-sel ini akan mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak akan dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis).
Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan ingin berkemih yang berlebihan, mual, muntah, kelelahan dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernafasan menjadi cepat dan dalam karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Nafas penderita tercium seperti bau aseton.
Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam. Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakann atau penyakit yang serius.
Penderita diabetes tipe II bisa tidak menunjukkan gejala-gejala selama beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, maka akan timbul gejala sering berkemih dan sering merasa haus. Pada diabetes tipe II jarang terjadi ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat stres, misalnya infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.

KOMPLIKASI
 
Dalan jangka panjang, kadar gula darah yang tinggi bisa merusak pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya pembentukan suatu zat kompleks yang terdiri dari gula pada dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah menebal. Akibat penebalan ini maka aliran darah akan berkurang, terutama yang menuju ke kulit dan saraf. Selain itu, kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar lemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya aterosklerosis (penimbunan plak di dalam pembuluh darah). Aterosklerosis terjadi 2-6 kali lebih sering pada penderita diabetes. Sirkulasi pembuluh darah besar dan kecil yang tidak baik bisa melukai jantung, otak, tungkai, mata, ginjal, saraf dan kulit, serta memperlambat penyembuhan luka.

Karena hal tersebut diatas, maka penderita diabetes bisa mengalami berbagai komplikasi jangka panjang yang serius. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah serangan jantung dan stroke. Kerusakan pada pembuluh darah mata bisa menyebabkan gangguan penglihatan (retinopati diabetikum). Kelainan fungsi ginjal menyebabkan gagal ginjal sehingga penderita harus menjalani dialisa.
Complications of diabetes
Sumber : http://www.tabletsmanual.com
Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk. Jika satu saraf mengalami gangguan fungsi (mononeuropati), maka satu lengan atau tungkai bisa secara tiba-tiba menjadi lemah. Jika saraf yang menuju ke lengan, tangan, tungkai, dan kaki mengalami kerusakan (polineuropati diabetikum), maka lengan dan tungkai bisa terasa kesemutan atau nyeri seperti terbakar dan kelemahan.
Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera karena penderita tidak dapat merasakan adanya perubahan tekanan maupun suhu. Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa menyebabkan timbulnya ulkus (borok) dan lambatnya penyembuhan luka. Ulkus pada kaki bisa sangat dalam, mengalami infeksi, dan sukar sembuh sehingga sebagian kaki terkadang harus diamputasi.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa komplikasi diabetes dapat dicegah, ditunda atau diperlambat dengan mengontrol kadar gula darah.

Komplikasi jangka panjang dari diabetes
Organ/jaringan yg terkena Yg terjadi Komplikasi
Pembuluh darah Pembentukan plak aterosklerotik yang menyumbat arteri berukuran besar atau sedang di jantung, otak, tungkai & penis.
Dinding pembuluh darah kecil mengalami kerusakan sehingga pembuluh tidak dapat mentransfer oksigen secara normal & mengalami kebocoran
Sirkulasi darah yang tidak baik menyebabkan kesulitan dalam penyembuhan luka & bisa menyebabkan terjadinya penyakit jantung, stroke, infeksi, gangren kaki & tangan, serta impotensi
Mata Kerusakan pada pembuluh darah kecil retina Gangguan penglihatan & pada akhirnya bisa terjadi kebutaan
Ginjal










  • Penebalan pembuluh darah ginjal
  • Protein bocor ke dalam air kemih
  • Darah tidak disaring secara normal
  • Fungsi ginjal yg buruk
    Gagal ginjal
    Saraf Kerusakan saraf karena glukosa tidak dimetabolisir secara normal & karena aliran darah berkurang










  • Kelemahan tungkai 
  • Berkurangnya rasa (baal), kesemutan & nyeri di tangan & kaki
  • Kerusakan saraf menahun
  • Sistem saraf otonom Kerusakan pada saraf yg mengendalikan tekanan darah & saluran pencernaan Tekanan darah yg tidak stabil, kesulitan menelan, gangguan fungsi pencernaan disertai serangan diare
    Kulit Berkurangnya aliran darah ke kulit & hilangnya rasa menyebabkan cedera berulang










  • Luka, infeksi dalam (ulkus diabetikum)
  • Penyembuhan luka yg jelek
  • Darah Gangguan fungsi sel darah putih Mudah terkena infeksi, terutama infeksi saluran kemih & kulit
    Jaringan ikat Glukosa tidak dimetabolisme secara normal sehingga jaringan menebal atau berkontraksi










  • Sindroma terowongan karpal, Kontraktur Dupuytren

  • DIAGNOSA
    Diagnosis diabetes ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya (polidipsi, polifagi, poliuri) dan hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan kadar gula darah yang tinggi.

    Untuk mengukur kadar gula darah, contoh darah biasanya diambil setelah penderita berpuasa selama 8 jam atau bisa juga diambil setelah makan. Pada usia diatas 65 tahun, paling baik jika pemeriksaan dilakukan setelah berpuasa karena setelah makan usia lanjut memiliki peningkatan gula darah yang lebih tinggi.

    Pemeriksaan darah lainnya yang bisa dilakukan adalah tes toleransi glukosa. Tes ini dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya pada wanita hamil. Penderita berpuasa dan contoh darahnya diambil untuk mengukur kadar gula darah puasa. Lalu penderita meminum larutan khusus yang mengandung sejumlah glukosa dan 2-3 jam kemudian contoh darah diambil lagi untuk diperiksa.
    Sumber : http://www.pre-diabetes.com
    PENGOBATAN
    Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran yang normal. Kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan, tetapi jika gula darah semakin mendekati kisaran yang normal, maka kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang adalah semakin berkurang.
    Sumber : http://www.pre-diabetes.com
    Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet. Seorang penderita obesitas yang terkena diabetes tipe II tidak memerlukan pengobatan jika mereka dapat menurunkan berat badan dan berolah raga secara teratur. Tetapi kebanyakan penderita merasa kesulitan untuk menurunkan berat badan dan melakukan olah raga yang teratur. Karena itu biasanya diberikan terapi sulih insulin atau obat hipoglikemik per-oral.

    Pengaturan diet sangat penting. Biasanya penderita tidak boleh terlalu banyak makan makanan manis dan harus makan dalam jadwal yang teratur. Penderita diabetes cenderung memiliki kadar kolesterol yang tinggi, karena itu dianjurkan untuk membatasi jumlah lemak jenuh dalam makanannya. Tetapi cara terbaik untuk menurunkan kadar kolesterol adalah mengontrol kadar gula darah dan berat badan.

    Semua penderita diabetes hendaknya memahami bagaimana menjalani diet dan olah raga untuk mengontrol penyakitnya. Mereka juga harus memahami bagaimana cara menghindari terjadinya komplikasi. Penderita harus memberikan perhatian khusus terhadap kesehatan kaki. Kuku penderita harus dipotong secara teratur. Penting juga untuk memeriksa kesehatan mata supaya bisa diketahui perubahan yang terjadi pada pembuluh darah di mata.

    Terapi sulih insulin
    Pada diabetes tipe I, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui suntikan, insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat diberikan per-oral (ditelan). Ada bentuk insulin yang baru (semprot hidung), tetapi masih dalam penelitian. Saat ini bentuk insulin yang baru ini belum dapat bekerja dengan baik karena laju penyerapannya yang berbeda sehingga menimbulkan masalah dalam penentuan dosisnya.

    Insulin disuntikkan di lapisan lemak di bawah kulit, biasanya di lengan, paha atau dinding perut. Digunakan jarum yang sangat kecil agar tidak terasa terlalu nyeri.
    Sumber : http://www.pennmedicine.org
    Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan dan lama kerja yang berbeda:
    1. Insulin kerja cepat.
      Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling sebentar. Insulin ini biasanya menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit, mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8 jam. Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang menjalani beberapa kali suntikan setiap harinya dan disutikkan 15-20 menit sebelum makan.
    2. Insulin kerja sedang.
      Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan.
      Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam waktu 6-10 jam dan bekerja selama 18-26 jam. Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk memenuhi kebutuhan selama sehari dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan sepanjang malam.
    3. Insulin kerja lama.
      Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan.
      Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam.
    Sediaan insulin stabil dalam suhu ruangan selama berbulan-bulan sehingga bisa dibawa kemana-mana. Pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung kepada:



  • Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya
  • Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan menyesuaikan dosisnya
  • Aktivitas harian penderita
  • Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya
  • Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari

    Sediaan yang paling mudah digunakan adalah suntikan sekali sehari dari insulin kerja sedang. Tetapi sediaan ini memberikan kontrol gula darah yang paling minimal. Kontrol yang lebih ketat bisa diperoleh dengan menggabungkan 2 jenis insulin, yaitu insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan kedua diberikan pada saat makan malam atau ketika hendak tidur malam.
    Kontrol yang paling ketat diperoleh dengan menyuntikkan insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang pada pagi dan malam hari disertai suntikan insulin kerja cepat tambahan pada siang hari.

    Beberapa penderita usia lanjut memerlukan sejumlah insulin yang sama setiap harinya; penderita lainnya perlu menyesuaikan dosis insulinnya tergantung kepada makanan, olah raga dan pola kadar gula darahnya. Kebutuhan akan insulin bervariasi sesuai dengan perubahan dalam makanan dan olah raga.

    Beberapa penderita mengalami resistensi terhadap insulin. Insulin tidak sepenuhnya sama dengan insulin yang dihasilkan oleh tubuh, karena itu tubuh bisa membentuk antibodi terhadap insulin pengganti. Antibodi ini mempengaruhi aktivitas insulin sehingga penderita dengan resistansi terhadap insulin harus meningkatkan dosisnya.

    Penyuntikan insulin dapat mempengaruhi kulit dan jaringan dibawahnya pada tempat suntikan. Kadang terjadi reaksi alergi yang menyebabkan nyeri dan rasa terbakar, diikuti kemerahan, gatal dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan selama beberapa jam. Suntikan juga dapat menyebabkan terbentuknya endapan lemak (sehingga kulit tampak berbenjol-benjol) atau merusak lapisan lemak (sehingga kulit berlekuk-lekuk). Komplikasi tersebut bisa dicegah dengan cara mengganti tempat penyuntikan dan mengganti jenis insulin. Pada pemakaian insulin manusia sintetis jarang terjadi resistensi dan alergi.

    Obat-obat hipoglikemik per-oral
    Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah secara adekuat pada penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe I. Contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid dan klorpropamid. Obat ini menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas dan meningkatkan efektivitasnya.

    Obat lainnya, yaitu metformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri.
    Akarbose bekerja dengan cara menunda penyerapan glukosa di dalam usus.

    Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita diabetes tipe II jika diet dan olah raga gagal menurunkan kadar gula darah secara adekuat.
    Obat ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari), meskipun beberapa penderita memerlukan 2-3 kali pemberian.
    Jika obat hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan baik, mungkin perlu diberikan suntikan insulin.

    Pemantauan pengobatan
    Pemantauan kadar gula darah merupakan bagian yang penting dari pengobatan diabetes. Saat ini kadar gula darah dapat diukur sendiri dengan mudah oleh penderita di rumah. Penderita diabetes harus mencatat kadar gula darah mereka dan melaporkannya kepada dokter agar dosis insulin atau obat hipoglikemiknya dapat disesuaikan.

    Mengatasi komplikasi
    Insulin maupun obat hipoglikemik per-oral bisa terlalu banyak menurunkan kadar gula darah sehingga terjadi hipoglikemia. Hipoglikemia juga bisa terjadi jika penderita kurang makan atau tidak makan pada waktunya atau melakukan olah raga yang terlalu berat tanpa makan.

    Jika kadar gula darah terlalu rendah, organ pertama yang terkena pengaruhnya adalah otak. Untuk melindungi otak, tubuh segera mulai membuat glukosa dari glikogen yang tersimpan di hati. Proses ini melibatkan pelepasan epinefrin (adrenalin), yang cenderung menyebabkan rasa lapar, kecemasan, meningkatnya kesiagaan dan gemetaran. Berkurangnya kadar glukosa darah ke otak bisa menyebabkan sakit kepala.

  • Sumber : http://ibstreatmentcenter.com

    Hipoglikemia harus segera diatasi karena dalam beberapa menit bisa menjadi berat, menyebabkan koma dan kadang cedera otak menetap. Jika terdapat tanda hipoglikemia, penderita harus segera makan gula. Karena itu penderita diabetes harus selalu membawa permen, gula atau tablet glukosa untuk menghadapi serangan hipoglikemia. Atau penderita segera minum segelas susu, air gula atau jus buah, sepotong kue, buah-buahan atau makanan manis lainnya. Penderita diabetes tipe I harus selalu membawa glukagon, yang bisa disuntikkan jika mereka tidak dapat memakan makanan yang mengandung gula.

    Gejala-gejala dari kadar gula darah rendah:



  • Rasa lapar yang timbul secara tiba-tiba
  • Sakit kepala
  • Kecemasan yang timbul secara tiba-tiba
  • Badan gemetaran
  • Berkeringat
  • Bingung
  • Penurunan kesadaran, koma

    Ketoasidosis diabetikum merupakan suatu keadaan darurat. Tanpa pengobatan yang tepat dan cepat, bisa terjadi koma dan kematian.

    Penderita harus dirawat di unit perawatan intensif. Diberikan sejumlah cairan intravena dan elektrolit untuk menggantikan cairan yang hilang melalui air kemih. Insulin diberikan melalui intravena sehingga bisa bekerja dengan segera dan dosisnya disesuaikan. Kadar glukosa, keton dan elektrolit darah diukur setiap beberapa jam, sehingga pengobatan yang diberikan bisa disesuaikan.
    Contoh darah arteri diambil untuk mengetahui keasamannya. Pengendalian kadar gula darah dan penggantian elektrolit biasanya bisa mengembalikan keseimbangan asam basa, tetapi kadang perlu diberikan pengobatan tambahan untuk mengoreksi keasaman darah.

    Pengobatan untuk koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik sama dengan pengobatan untuk ketoasidosis diabetikum, yaitu diberikan cairan dan elektrolit pengganti. Kadar gula darah harus dikembalikan secara bertahap untuk mencegah perpindahan cairan ke dalam otak. Kadar gula darah cenderung lebih mudah dikontrol dan keasaman darahnya tidak terlalu berat.

    Jika kadar gula darah tidak terkontrol, sebagian besar komplikasi jangka panjang berkembang secara progresif. Retinopati diabetik dapat diobati secara langsung dengan pembedahan laser untuk menyumbat kebocoran pembuluh darah mata sehingga bisa mencegah kerusakan retina yang menetap. Terapi laser dini bisa membantu mencegah atau memperlambat hilangnya penglihatan.

  • Sumber : https://neohioeyes.com

    Baca juga pantangan penyakit diabetes 

    REFERENSI
    - Mayo Foundation for Medical Education and Research (MRMER). Diabetes. 2013.
    http://www.mayoclinic.com/health/diabetes/DS01121/DSECTION=causes
    - Insulin. http://www.medicinenet.com/insulin/page2.htm
    - Brunilda Nazario. Type 2 Diabetes. 2004. http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=42940
    -http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=135

    Tips mencari jurnal keperawatan



    Menjadi mahasiswa pasti banyak sekali tugas yang harus dikerjakan. dari sekian banyak tugas, selalu saja ada tugas untuk mengidentifikasi atau pun hanya sekedar mentranslate sebuah jurnal. disini saya sebagai mahasiswa keperawatan ingin berbagi tips dan trik untuk mencari jurnal keperawatan yang cepat dan tepat seperti yang anda inginkan. Namun ada dua faktor pendukung dalam kecepatan dan ketepatan mencari jurnal nasional maupun internasional, yaitu kecepatan internet anda (hehe..) dan ketepatan kata kunci yang anda gunakan. baik, berikut tips yang  saya  :D
    Disini saya akan mencari jurnal terkait dengan aplikasi teori kebutuhan dasar manusia abraham maslow
    1. Pastikan komputer sudah nyala dan modem/jaringan internet anda udah nyambung :D
    2. Buka browser dan pastinya bukalah situs penolong sejuta umat alias GOOGLE.COM
    3. Ketiklah kata kunci "Journal" di awal pencarian dan diikuti dengan topik/judul jurnal yg akan anda cari. apabila kita mencari aplikasi teori, maka gunakanlah kata kunci "application atau implication". Sebaiknya jika anda mencari jurnal internasional, gunakanlah bahasa inggris dalam kata kunci yang anda gunakan. disini saya mencari jurnal tersebut menggunakan kata kunci "Journal application maslow" karena maslow sudah terkenal dengan teori kebutuhan dasar manusianya, maka dipastikan hasil dari seleksi mbah google pun adalah teori kebutuhan dasar manusia. namun, jika anda ingin lebih detail, anda bisa juga membubuhkan kata kunci "basic human needs" 
    4. Dapat dilihat hasil dari mbah google seperti screenshot berikut



    Apabila anda menginginkan jurnal dalam rentang waktu seperti antara tahun 2011 sampai 2012, anda dapat membuka artikel cendekiawan bagi journal application maslow yang tercantum pula dalam hasil google.com. setelah terbuka, anda bisa memilih sejak tahun 2011 pada sebelah kiri browser anda. tampilannya seperti berikut ini.


           
        Nah, lalu bagaimana cara mencari jurnal yang gratis atau pun berbayar? Anda dapat membubuhkan kata kunci "free journal" pada saat anda mencari jurnal tersebut di google.com. namun, kata kunci tersebut tidaklah terlalu efektif dalam mencari jurnal yang gratisan, karena saya pernah mencoba mencari dengan kata kunci tersebut, namun bukannya jurnal gratis yang muncul, malahan jurnal berbayar yang banyak nongol. lalu, bagaimana tips dan trik mencari jurnal yang gratis? hmm, tunggu di postingan berikutnya :)

    Askep Hepatitis



    Hepatitis


    BAB I
    PENDAHULUAN
    A.    LATAR BELAKANG
    Infeksi virus hepatitis yang oleh masyarakat awam dikenal sebagai ‘penyakit kuning’masih merupakan masalah kesehatan serius sampai saat ini. Insidens hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit tersebut penting karena mudah ditularkan dan memiliki morbiditas yang tinggi. 60-90% kasus hepatitis diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasialan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab.

    Diperlukan asuhan keperawatan yang komprehensif dan peripurna agar hepatitis dapat sembuh dan yang lebih penting lagi adalah agar pasien mengetahui perawatan dan pencegahannya di rumah. Dengan perawatan yang sesuai diharapkan hepatitis tidak menjadi penyakit yang mematikan.
    B.     TUJUAN
    Tujuan pembuatan Laporan Pendahuluan ini adalah :
    1.      Mengetahui tentang penyakit hepatitis
    2.      Mengetahui masalah keperawatan yang muncul pada kasus hepatitis.
    3.      Mengetahui proses keperawatan yang diberikan kepada pasiena hepatitis.

    BAB II
    TINJAUAN TEORI
    A.    PENGERTIAN
    Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas/ menyebar , hepatitis virus merupakan jenis yang paling dominan. Luka pada organ liver dengan peradangan bisa berkembang setelah pembukaan untuk sejumlah farmakologi dan bahan kimia dari inhalasi , ingesti , atau pemberian obat secara parenteral ( IV ). Toxin dan Drug induced Hepatitis merupakan hasil dari pembukaan atau terbukanya hepatotoxin , seperti : industri toxins , alkohol dan pengobatan yang digunakan dalam terapi medik.
    Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama perjalanan infeksi dengan virus-virus lainnya , seperti : 
    Ø  Cytomegalovirus                             
    Ø  Virus Epstein-Barr
    Ø  Virus Herpes simplex
    Ø  Virus Varicella-zoster
    Klien biasanya dapat sembuh secara total dari hepatitis, tetapi kemungkinan mempunyai penyakit liver residu. Meskipun angka kematian dari hapetitis relatif lama atau panjang , pada hepatitis virus akut bisa berakhir dengan kematian
    B.     ETIOLOGI
    1.      Infeksi Virus
    Hepatitis merupakan hasil infeksi yang disebabkan oleh salah satu dari lima golongan besar jenis virus , antara lain :
    Ø  Virus Hepatitis A ( HAV )
    Ø  Virus Hepatitis B ( HBV )
    Ø  Virus Hepatitis C ( HCV )
    Ø  Virus Hepatitis D ( HDV ) atau Virus Delta
    Ø  Virus Hepatitis E ( HEV )
    Hepatitis F dan G mempunyai kesamaan atau identitas tersendiri, tetapi jenis ini jarang ada.
    2.      Obat-obatan, bahan kimia, dan racun.
    3.      Reaksi transfusi darah yang tidak terlindungi virus hepatitis.
    C.     PATOFISIOLOGI
    Setelah liver membuka sejumlah agen, seperti virus. Liver menjadi membesar dan mendesak dengan meradangnya sel-sel hati, lymfosit-lymfosit, bertambahnya cairan, sehingga dalam kuadran kanan atas terasa sakit dan tidak nyaman. Sebagai kemajuan dan kelanjutan proses penyakit, pembelahan sel-sel hati yang normal berubah menjadi peradangan yang meluas, nekrosis dan regenerasi dari sel-sel hepar. Meningkatnya penekanan dalam lintasan sirkulasi disebabkan karena masuk dan bercampur dengan aliran darah kedalam pembelahan jaringan-jaringan hepar ( sel-sel hepar ). Oedema dari saluran-saluran empedu hati yang terdapat pada jaringan intrahepatik menyebabkan kekuningan.
    Data spesifik pada patogenesis hepatitis A, hepatitis  , hepatitisD , dan hepatitis E sangat terbatas. Tanda-tanda investigasi mengingatkan pada manifestasi klinik dari peradangan akut HBV yang ditentukan oleh respon imunologi dari klien. Komplex kekebalan – Kerusakan jaringan secara tidak langsung memungkinkan untuk manifestasi extrahepatik dari hepatitis akut B. Hepatitis B diyakini masuk kedalam sirkulasi kekebalan tubuh tersimpan dalam dinding pembuluh darah dan aktif dalam sistem pengisian.  (Dusheiko,1990). Respon-respon klinik terdiri dari nyeri bercampur sakit yang terjadi dimana-mana.
    Phase atau tahap penyembuhan dari hepatitis adalah ditandai dengan aktifitas fagositosis dan aktifitas enzym, perbaikan sel-sel hepar. Jika tidak sungguh-sungguh komplikasi berkembang, sebagian besar penyembuhan fungsi hati klien secara normal setelah hepatitis virus kalah. Regenerasi lengkap biasanya terjadi dalam dua sampai tiga bulan .
    D.    TANDA DAN GEJALA
    Gejala dan tanda penyakit hepatitis adalah sebagai berikut :
    -          Selera makan hilang
    -          Rasa tidak enak di perut
    -          Mual sampai muntah
    -          Demam tidak tinggi
    -          Kadang-kadang disertai nyeri sendi
    -          Nyeri dan bengkak pada perut sisi kanan atas (lokasi hati)
    -          Bagian putih pada mata (sklera) tampak kuning
    -          Kulit seluruh tubuh tampak kuning
    -          Air seni berwarna coklat seperti air the
    Pada orang dewasa sebagian besar infeksi virus hepatitis akut akan sembuh dan hanya sebagian kecil (5 – 10%) yang akan menetap/ menahun.
    Pada kasus yang menahun :
    -             Manifestasi bisa tanpa keluhan/ gejala atau dengan keluhan/ gejala ringan
    -             Diagnosis umumnya ditemukan pada waktu mengadakan konsultasi ke dokter, hasil laboratorium menunjukkan peninggian SGPT/ SGOT.
    E.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
    1.      Pengkajian  Laboratorium.
    Ditemukannya Hepatitis A dan B menunjukkan tingkatan nilai enzim hatinya yang akut, ditunjukkan adanya kerusakan sel-sel hati dan khususnya nilai serologi.
    2.      Serum  Enzim-enzim  Liver.
    Tingkatan alanine aminotransferase atau ALT bernilai lebih dari 1000 mU/mL dan mungkin lebih tinggi sampai 4000 mU/mL dalam beberapa kasus virus Hepatitis nilai aspartat aminotransferase atau AST antara 1000 – 2000 mU/mL. Alanine pospatase nilai normalnya 30 – 90 IU/L atau sedikit lebih tinggi. Nilai serum total bilirubin naik kepuncak 2,5 mG/dL dan berlangsung ketat dengan tanda-tanda klinik penyakit kuning. Tingkatan nilai bilirubin juga terdapat pada urine.
    3.      Pemeriksaan  serologi.
    Dinyatakan terkena Hepatitis A jika virus Hepatitis A anti body ( Anti-HAV ) terdeteksi dalam darah. Peradangan pada liver yang terjadi secara terus – menerus disebabkan oleh HAV adalah bukti nyata munculnya antibody Imonoglobin M ( Ig M ) yang bertahan dalam darah 4 – 6 minggu. Infeksi senbelumnya diindikasi dengan munculnya antobodi Imonoglobin G atau Ig G. Antobodi ini terdapat dalam serum dan melindungi kekebalan HAV secara permanen.
    Kemunculan virus Hepatitis B ( HBV ) dapat dinyatakan jika test serologi memperkuat kemunculan sistem antogen antibody Hepatitis B dalam darah. HBV adalah virus DNA double – shelled yang terdirri dari dalam intim dan diluar kerangka. Antigen terletak diatas permukaan ataau kerangka virus ( HBSAG ) sangat penting bagi pemeriksaan serologi dan mereka akhirnya memunculkan diagnosa Hepatitis B. Selama HBSAG terdapat dalam darah maka klien diperkirakan dapat menularkan Hepatitis B. Ketakutan para peneliti selorogi selama lebih dari 6 bulan menunjukkan faktor pembawa pada Hepatitis atau hepatitis kronik. Secara normal tingkatan HBSAG akan mengalami kemunduran dan bahkan menghilang setelah masa Hepatitis B akut. Munculnya antibody terhadap HBSAG dalam darah menunjukkan kesembuhan dan kekebalan terhadap Hepatitis B. Hepatitis B bermula saat antigen ( Hbe AG ) ditemukan didalam serum 1 minggu setelah kemunculan HBs AG, kemunculan inilah yang menentukan kondisi klien. Seseorang klien yang hasil testnya pada HbsAG dan HbeAG bernilai positif lebih menularkan penyakit dari pada klien yang testnya untuk HbsAG positif ddan HbeAG negatif. Kemunculan Hepatitis D bisa dipastikan dengan mengidentifikasi antigen D pada intrahepatik atau sering kali didapatkan dengan naiknya titer antibody virus Hepatitis D ( Anti – HD ). Penyebaran antigen Hepatitis D ( HDAG ) merupakan diagnosa penyakit akut, tetapi hanya dapat diketahui melalui laporan pemeriksaan serum. Mereka mempunyai kecanggihan atau alat yang canggih untuk memeriksa test serologi pada Hepatitis C. Penemuan perdana : Enzim ImonoAssay ( EIA ) yang digunakaan untuk memriksa antibody virus Hepatitis C ( anti HCV ). Pengujian mereka tidak membedakaan antara IgM dan IgG. Saat ini penemuan kedua : Enzim ImonoAssay dengan kemampuan dapat mendeteksi antibody dengan menambahkan antigen sebelum digunakan dan sekarang ini EIA tidak dapat diandalkan untuk test serologi scrining untuk mgidentifikasi Hepatitis C. Hal ini akan menambahkan nomor hasil positif yang palsu dengan adanya test screening yang dilakukan. Pada kejadian yang sama serokan versi dengan Hepatitis C akan tertunda sanpai tahun depan. Meskipun meningkatnya hasil ImonoAssay akan menambah spesifikasi dan sensitifitas untuk test. Anti HCV menentukan diagnosa yang tepat, merupakan kombinasi dari pemeriksaan secara klinis biokimia dan hasil serologi. Hal ini bukan untuk para peneliti serologi Hepatitis E.
    4.      Pengkajian Radiografi.
    Hanya dengan penggunaan X-Ray dapat menemukan pembesaran liver dengan menempatkan X-Ray tepat diatas bagian abdominal.
    5.      Pengkajian Diagnosa Yang Lain.
    Hepatitis kronik merupakan diagnosa biasa biopsy jaringan perkutan pada liver. Biopsi membedakan antara antif kronik dengan Hepatitis kronik persisten. Penemuan jaringan lemak yang masuk pada spesimen biopsy liver dan peradangan dengan neutrofil yang tetap dengan Hepatitis Laennecs ( yang disebabkan oleh alkohol ).
    F.      PENATALAKSANAAN
    1.      Penerangan Perawatan Pencegahan Hepatitis Virus
    a.       Gunakan pencegahan umum atau pencegahan substansi tubuh untuk menjaga perpindaham kuman antara klien atau antara klien dengan staf perawat kesehatan
    b.      Menghapuskan penggunaan jarum dan benda tajam lainnya dengan mengganti sistem penggunaan jarum
    c.       Ambil vaksin hepatitis B ( hepatovax-B, recombinex HB ) diberikan dengan tiga seri suntikan. Vaksin ini juga untuk menjaga atau mencegah hepatitis B
    d.      Untuk postexposure mencegah hepatitis B, lihat atau cari segera perhatian medis untuk kemungkinan administrasi imuno globulin hepatitis B ( HBIG ) atau imuno globulin ( IG)
    e.       Laporkan semua kasus hepatitis pada DEPKES Daerah.
    2.      Pencegahan Hepatitis Virus
    a.       Memelihara sanitasi yang baik dan kebersihan diri. Cuci tangan kamu sebelum makan dan setelah dari toilet.
    b.      Minum air yang sudah masak oleh sistem pencucian air
    c.       Jika transportasi tidak berkembang atau kota non industri, minum hanya dengan air botol. Hindarkan makanan yang telah dicuci dengan air, seperti sayuran mentah, buah dan sop.
    d.      Pergunakan sanitasi yang baik untuk mencegah panyebaran kuman antar anggota keluarga. Jangan menggunakan bagian tempat tidur dari linen, handuk, alat makan dan gelas minuman sesama keluarga,
    e.       Jangan berbagi jarum suntikan
    G.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
    1.      Nyeri akut b. d agen injury biologis
    2.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d intake yang kurang adekuan disebsbkan karena faktor biologi
    3.      Konstipasi b. d aktifitas yang adekuat
    4.      Kurang pengetahuan b. D misinterpretasi informasi

    DAFTAR PUSTAKA
    Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan), Bandung.
    Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
    Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
    Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian  perawatan  Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta
    Kuliah ilmu penyakit dalam PSIK – UGM, 2004, Tim spesialis dr. penyakit dalam RSUP dr.Sardjito, yogyakarta.
    McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By Mosby-Year book.Inc,Newyork
    NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA
    University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA

    KONSEP DASAR PENYAKIT JANTUNG NON REMATIK





    DEFINISI 
    PJNR adalah  penyakit jantung bukan bawaan dan bukan rematik
    Secara anatomis digolongkan 3 penyebab:
    1. Mengenai jaringan endokard          :endokarditis bakterialis
    2. Jaringan miokard                            :miokarditis
    3. Jaringan perikard                            :perikarditis
    Endokarditis Bakterialis
    "  adalah  penyakityang disebabkan infeksi mikroba pada lapisan endotel jantung ,ditandai vegetasi biasanya terdapat pada katup jantung namun dapat terjadi pada endokardium di tempat lain.
    "  0,5% dari seluruh penyakit jantung anak
    "  Anak>bayi
    "  Paling sering dijumpai
    Etiologi
    1. Streptokokus dan stafilokokus (tersering)
    2. E.Coli
    3. Pseudomonas
    Penyakit  dasar :
    1. Penyakit jantung didapat : valvulitis reumatik(80%),insufisiensi aorta (sifilis/kalsifikasi)
    2. Penyakit Jantung Bawaan : tetralogi fallot,PDA,VSD,PS,bicuspid aortic valve


    PATOFISIOLOGI
    1. Infeksi sekunder akibat infeksi fokal tempat lain /tindakan  dan pemakaian alat diagnostik  dan terapeutik ,misalnya :
    N  Pencabutan gigi
    N  Operasi THT
    N  Kateterisasi jantung
    N  Pemasangan kateter umbilikus/vena sentral pada bayi

    MANIFESTASI KLINIS
    1. Demam,anoreksia,anemia,splenomegali,petekie , trombo emboli
    2. nodus osler (benjolan intradermal pada ujung telapak tangan dan kaki ,nyeri tekan dan kemerahan)
    3. Lesi janeway (~ nodus osler ,nyeri (-))
    4. Splinter hemorrhage (perdarahan dibawah kuku)
    5. Dapat terjadi emboli arteri menyebabkan infark paru/gejala SSP
    6. Endokartitis berat :dapat timbul gagal jantung
    7. Infeksi streptokokus gejala tidak terlalu berat, stafilokokus gram(-),gejala lebiah akut
    PEMERIKSAAN PENUNJANG
    1. Laboratorium :
    ?  Anemia normokrom normositer
    ?  Leukositosis (pada yang akut)
    ?  LED meningkat
    ?  Proteinuria ringan
    ?  Hematuria mikroskopis
    ?  Biakan darah
    1. EKG : menggambarkan kelainan sebelumnya /komplikasi yang terjadi
    2. Ekokardiografi :mendeteksi lesi >3-4mm
    3. Radiologi :
    ?  Memastikan kadiomegali dan bendungan paru pada gagal jantung
    1. Kateterisasi :dilakukan dengan rencana operasi ,bila respon terhadap antibiotik tidak ada

    DIAGNOSIS
    1. Kriteria  diagnostik klasik terdapatnya :
    M Penyakit jantung
    M Demam
    M Splenomegali
    M Fenomena emboli
    M Dipastikan dengan biakan darah
    1. Ekokardiografi : dapat mendeteksi vegetasi yang cukup besar dan menilai hasil pengobatan
    PENGOBATAN
    Diberi antibiotik sedini mungkin:
    C  Sebelum ada  hasil biakan : kombinasi penisilin dan streptomisin
    C  Bila hasil biakan negatif : diberika streptomisi 2 minggu dan penisilin per oral
    C  Bila respon tidak baik :penisilin oral digandakan
    C  Bila belum berhasil : ganti antibiotik
    PENCEGAHAN
    Dilakukan pada berbagai prosedur yang menyebabkan bakteriemia :
    1. Tindakan gigi dan THT :
    ?  amoksilin per oral , 1 jam sebelum tindakan
    ?  Ampisilin IV/IM ,setengah jam  sebelum tindakan
    ?  Bila alergi penisilin : eritromisin per oral ,2jam sebelum tindakan atau klindamisin peroral/IV 1 jam sebelum tindakan
    1. Pada tindakan genitourinarius dan gastrointestinal :
    ?  Profilaksis standar :ampisilin dan gentamisin 
    ?  Bila alergi penisilin :vankomisin dan gentamisin
    ?  Pasien dengan resiko kecil : amoksilin
    1. 6 jam setelah tindakan beri antibiotik ½ dosis
    PROGNOSIS
    1. Infeksi streptokokus lebih baik dibanding stafilokokus dan jamur
    2. Lebih buruk pada anak lebih muda ,gagal jantung dan emboli serta bert kerusakan katup
    3. Vegetasi katup aorta dan motral lebih buruk daripada vegetasi jantung

    Back to Top