|
sourceimg:google |
Diabetes ,suatu kata yang tidak asing lagi bagi kita, yaitu suatu penyakit mengenai ketidaknormalan fungsi suatu organ yang mengakibatkan kelebihan gula darah, sehingga menyebabkan berapa-berapa komplikasi untuk lebih jelasnya mengenai penyakit ini kita bahas satu-satu.
DEFINISI
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar
glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan
insulin secara adekuat.
Kadar gula darah bervariasi sepanjang hari. Gula darah akan
meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula
darah yang normal pada pagi hari setelah berpuasa malam sebelumnya
adalah 70-110 mg/dL. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL
pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun
karbohidrat lainnya.
Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan
tetapi progresif setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang
tidak aktif.
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh
pankreas. Insulin merupakan
zat utama yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah.
Insulin menyebabkan gula dapat masuk ke dalam sel sehingga menghasilkan
energi atau disimpan sebagai cadangan energi.
Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum merangsang
pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar
gula darah lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah dapat menurun
secara perlahan. Pada saat melakukan aktivitas fisik kadar gula darah
juga bisa turun karena otot menggunakan glukosa untuk energi.
PENYEBAB
Diabetes
terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk
mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak
memberikan respon yang tepat terhadap insulin.
Penderita
diabetes mellitus tipe I
(diabetes yang tergantung kepada insulin) menghasilkan sedikit insulin
atau sama sekali tidak menghasilkan insulin. Pada diabetes tipe I, 90%
sel penghasil insulin (
sel beta) mengalami kerusakan permanen
sehingga terjadi kekurangan insulin yang berat dan penderita harus
mendapatkan suntikan insulin secara teratur. Sebagian besar diabetes
mellitus tipe I terjadi sebelum usia 30 tahun.
Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan (seperti infeksi virus atau
faktor gizi pada masa kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem
kekebalan menghancurkan sel penghasil insulin di pankreas.
Terjadinya hal ini dipengaruhi oleh adanya faktor genetik.
Sumber : http://health.allrefer.com
Pada
diabetes mellitus tipe II (diabetes yang tidak
tergantung kepada insulin), pankreas tetap menghasilkan insulin, dengan
jumlah yang terkadang lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk
kekebalan terhadap efek insulin, sehingga terjadi kekurangan insulin
relatif. Sekitar 90% penderita diabetes menderita diabetes tipe II.
Diabetes tipe II bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya
terjadi setelah usia 30 tahun.
Faktor resiko untuk diabetes tipe II adalah
obesitas. 80-90% penderita diabetes tipe II mengalami obesitas. Diabetes tipe II juga cenderung bersifat diturunkan.
Sumber : http://www.medicinenet.com
Penyebab diabetes lainnya adalah:
- Obat-obatan yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin, antara lain diltiazem, niacin, kortikosteroid (seperti prednison), isoniazid, epinefrin, dan furosemid.
- Kehamilan (diabetes gestasional). Selama
kehamilan, plasenta menghasilkan hormon-hormon untuk mempertahankan
kehamilan. Hormon-hormon ini membuat sel-sel tubuh menjadi resisten
terhadap insulin. Dengan bertambah besarnya plasenta pada trimester
kedua dan ketiga kehamilan, hormon-hormon ini semakin banyak dihasilkan
sehingga membuat sel-sel lebih resisten terhadap insulin. Normalnya
pakreas akan merespon hal ini dengan memproduksi insulin lebih banyak.
Tetapi terkadang pankreas tidak dapat melakukannya, sehingga menyebabkan
gula (glukosa) tidak dapat masuk ke dalam sel dan menumpuk di dalam
darah. Keadaan ini dinamakan diabetes pada kehamilan (diabetes gestasional).
GEJALA
Gejala
awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang
tinggi.
Jika kadar gula darah melebihi 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai
ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, maka ginjal akan membuang
air lebih banyak untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang.
Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka
penderita menjadi lebih sering berkemih dengan air kemih yang lebih
banyak (
poliuri).
Akibat poliuri penderita akan merasa haus yang berlebihan sehingga akan lebih banyak minum (
polidipsi).
Sejumlah besar kalori akan hilang di dalam air kemih, sehingga
penderita akan mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi hal
ini penderita seringkali akan merasa sangat lapar sehingga menjadi
lebih banyak makan (
polifagi).
Sumber : http://www.tabletsmanual.com
Gejala lain diabetes mellitus adalah pandangan kabur, pusing, mual
dan berkurangnya ketahanan selama melakukan olah raga. Penderita
diabetes dengan gula darah yang kurang terkontrol akan lebih peka
terhadap infeksi. Karena kekurangan insulin yang berat, maka sebelum
menjalani pengobatan penderita diabetes tipe I hampir selalu mengalami
penurunan berat badan. Sebagian besar penderita diabetes tipe II tidak
mengalami penurunan berat badan.
Pada penderita diabetes tipe I, gejala timbul secara tiba-tiba
dan bisa berkembang dengan cepat menjadi suatu keadaan yang disebut
ketoasidosis diabetikum.
Kadar gula di dalam darah tinggi tetapi karena sebagian besar sel tidak
dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-sel ini akan mengambil
energi dari sumber yang lain. Sel lemak akan dipecah dan menghasilkan
keton, yang merupakan senyawa kimia yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (
ketoasidosis).
Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan ingin
berkemih yang berlebihan, mual, muntah, kelelahan dan nyeri perut
(terutama pada anak-anak). Pernafasan menjadi cepat dan dalam karena
tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Nafas penderita tercium
seperti bau aseton.
Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi
koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam.
Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe I
bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali
penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakann atau
penyakit yang serius.
Penderita diabetes tipe II bisa tidak menunjukkan gejala-gejala
selama beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, maka akan
timbul gejala sering berkemih dan sering merasa haus. Pada diabetes tipe
II jarang terjadi ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat tinggi
(sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat stres, misalnya
infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami
dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut
koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.
KOMPLIKASI
Dalan jangka panjang, kadar
gula darah yang tinggi bisa merusak pembuluh darah, saraf dan struktur
internal lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya pembentukan suatu zat
kompleks yang terdiri dari gula pada dinding pembuluh darah, sehingga
pembuluh darah menebal. Akibat penebalan ini maka aliran darah akan
berkurang, terutama yang menuju ke kulit dan saraf. Selain itu, kadar
gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar lemak
dalam darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya
aterosklerosis (penimbunan
plak
di dalam pembuluh darah). Aterosklerosis terjadi 2-6 kali lebih sering
pada penderita diabetes. Sirkulasi pembuluh darah besar dan kecil yang
tidak baik bisa melukai jantung, otak, tungkai, mata, ginjal, saraf dan
kulit, serta memperlambat penyembuhan luka.
Karena hal tersebut diatas, maka penderita diabetes bisa mengalami berbagai komplikasi jangka panjang yang serius.
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah serangan jantung dan
stroke.
Kerusakan pada pembuluh darah mata bisa menyebabkan gangguan penglihatan (
retinopati diabetikum). Kelainan fungsi ginjal menyebabkan
gagal ginjal sehingga penderita harus menjalani
dialisa.
Sumber : http://www.tabletsmanual.com
Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk. Jika satu saraf mengalami gangguan fungsi (
mononeuropati), maka satu lengan atau tungkai bisa secara tiba-tiba menjadi lemah.
Jika saraf yang menuju ke lengan, tangan, tungkai, dan kaki mengalami kerusakan (
polineuropati diabetikum), maka lengan dan tungkai bisa terasa kesemutan atau nyeri seperti terbakar dan kelemahan.
Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami
cedera karena penderita tidak dapat merasakan adanya perubahan tekanan
maupun suhu. Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa menyebabkan
timbulnya
ulkus (borok) dan lambatnya penyembuhan luka. Ulkus
pada kaki bisa sangat dalam, mengalami infeksi, dan sukar sembuh
sehingga sebagian kaki terkadang harus diamputasi.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa komplikasi diabetes dapat
dicegah, ditunda atau diperlambat dengan mengontrol kadar gula darah.
Komplikasi jangka panjang dari diabetes
Organ/jaringan yg terkena |
Yg terjadi |
Komplikasi |
Pembuluh darah |
Pembentukan plak aterosklerotik yang menyumbat arteri berukuran besar atau sedang di jantung, otak, tungkai & penis.
Dinding
pembuluh darah kecil mengalami kerusakan sehingga pembuluh tidak dapat
mentransfer oksigen secara normal & mengalami kebocoran |
Sirkulasi darah yang tidak baik menyebabkan kesulitan dalam
penyembuhan luka & bisa menyebabkan terjadinya penyakit jantung,
stroke, infeksi, gangren kaki & tangan, serta impotensi |
Mata |
Kerusakan pada pembuluh darah kecil retina |
Gangguan penglihatan & pada akhirnya bisa terjadi kebutaan |
Ginjal |
Penebalan pembuluh darah ginjal
Protein bocor ke dalam air kemih
Darah tidak disaring secara normal
|
Fungsi ginjal yg buruk
Gagal ginjal |
Saraf |
Kerusakan saraf karena glukosa tidak dimetabolisir secara normal & karena aliran darah berkurang |
Kelemahan tungkai
Berkurangnya rasa (baal), kesemutan & nyeri di tangan & kaki
Kerusakan saraf menahun
|
Sistem saraf otonom |
Kerusakan pada saraf yg mengendalikan tekanan darah & saluran pencernaan |
Tekanan darah yg tidak stabil, kesulitan menelan, gangguan fungsi pencernaan disertai serangan diare |
Kulit |
Berkurangnya aliran darah ke kulit & hilangnya rasa menyebabkan cedera berulang |
Luka, infeksi dalam (ulkus diabetikum)
Penyembuhan luka yg jelek
|
Darah |
Gangguan fungsi sel darah putih |
Mudah terkena infeksi, terutama infeksi saluran kemih & kulit |
Jaringan ikat |
Glukosa tidak dimetabolisme secara normal sehingga jaringan menebal atau berkontraksi |
Sindroma terowongan karpal, Kontraktur Dupuytren
|
DIAGNOSA
Diagnosis
diabetes ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya (polidipsi, polifagi,
poliuri) dan hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan kadar gula darah
yang tinggi.
Untuk mengukur kadar gula darah, contoh darah biasanya diambil
setelah penderita berpuasa selama 8 jam atau bisa juga diambil setelah
makan. Pada usia diatas 65 tahun, paling baik jika pemeriksaan dilakukan
setelah berpuasa karena setelah makan usia lanjut memiliki peningkatan
gula darah yang lebih tinggi.
Pemeriksaan darah lainnya yang bisa dilakukan adalah
tes toleransi glukosa.
Tes ini dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya pada wanita hamil.
Penderita berpuasa dan contoh darahnya diambil untuk mengukur kadar gula
darah puasa. Lalu penderita meminum larutan khusus yang mengandung
sejumlah glukosa dan 2-3 jam kemudian contoh darah diambil lagi untuk
diperiksa.
Sumber : http://www.pre-diabetes.com
PENGOBATAN
Tujuan
utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar gula
darah dalam kisaran yang normal.
Kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan,
tetapi jika gula darah semakin mendekati kisaran yang normal, maka
kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang adalah
semakin berkurang.
Sumber : http://www.pre-diabetes.com
Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan
diet. Seorang penderita obesitas yang terkena diabetes tipe II tidak
memerlukan pengobatan jika mereka dapat menurunkan berat badan dan
berolah raga secara teratur. Tetapi kebanyakan penderita merasa
kesulitan untuk menurunkan berat badan dan melakukan olah raga yang
teratur. Karena itu biasanya diberikan terapi sulih insulin atau obat
hipoglikemik per-oral.
Pengaturan diet sangat penting. Biasanya penderita tidak boleh
terlalu banyak makan makanan manis dan harus makan dalam jadwal yang
teratur. Penderita diabetes cenderung memiliki kadar kolesterol yang
tinggi, karena itu dianjurkan untuk membatasi jumlah lemak jenuh dalam
makanannya. Tetapi cara terbaik untuk menurunkan kadar kolesterol adalah
mengontrol kadar gula darah dan berat badan.
Semua penderita diabetes hendaknya memahami bagaimana menjalani
diet dan olah raga untuk mengontrol penyakitnya. Mereka juga harus
memahami bagaimana cara menghindari terjadinya komplikasi. Penderita
harus memberikan perhatian khusus terhadap kesehatan kaki. Kuku
penderita harus dipotong secara teratur. Penting juga untuk memeriksa
kesehatan mata supaya bisa diketahui perubahan yang terjadi pada
pembuluh darah di mata.
Terapi sulih insulin
Pada diabetes tipe I,
pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus diberikan
insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui
suntikan, insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat
diberikan per-oral (ditelan). Ada bentuk insulin yang baru (semprot
hidung), tetapi masih dalam penelitian. Saat ini bentuk insulin yang
baru ini belum dapat bekerja dengan baik karena laju penyerapannya yang
berbeda sehingga menimbulkan masalah dalam penentuan dosisnya.
Insulin disuntikkan di lapisan lemak di bawah kulit, biasanya
di lengan, paha atau dinding perut. Digunakan jarum yang sangat kecil
agar tidak terasa terlalu nyeri.
Sumber : http://www.pennmedicine.org
Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan dan lama kerja yang berbeda:
- Insulin kerja cepat.
Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan
paling sebentar. Insulin ini biasanya menurunkan kadar gula dalam waktu
20 menit, mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8
jam.
Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang menjalani
beberapa kali suntikan setiap harinya dan disutikkan 15-20 menit sebelum
makan.
- Insulin kerja sedang.
Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan.
Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam
waktu 6-10 jam dan bekerja selama 18-26 jam.
Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk memenuhi kebutuhan
selama sehari dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk memenuhi
kebutuhan sepanjang malam.
- Insulin kerja lama.
Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan.
Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam.
Sediaan insulin stabil dalam suhu ruangan selama berbulan-bulan sehingga bisa dibawa kemana-mana.
Pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung kepada:
Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya
Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan menyesuaikan dosisnya
Aktivitas harian penderita
Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya
Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari
Sediaan yang paling mudah digunakan adalah suntikan sekali sehari dari
insulin kerja sedang. Tetapi sediaan ini memberikan kontrol gula darah
yang paling minimal.
Kontrol yang lebih ketat bisa diperoleh dengan menggabungkan 2 jenis
insulin, yaitu insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan
kedua diberikan pada saat makan malam atau ketika hendak tidur malam.
Kontrol yang paling ketat diperoleh dengan menyuntikkan insulin
kerja cepat dan insulin kerja sedang pada pagi dan malam hari disertai
suntikan insulin kerja cepat tambahan pada siang hari.
Beberapa penderita usia lanjut memerlukan sejumlah insulin yang
sama setiap harinya; penderita lainnya perlu menyesuaikan dosis
insulinnya tergantung kepada makanan, olah raga dan pola kadar gula
darahnya.
Kebutuhan akan insulin bervariasi sesuai dengan perubahan dalam makanan
dan olah raga.
Beberapa penderita mengalami resistensi terhadap insulin. Insulin tidak sepenuhnya sama dengan insulin yang dihasilkan oleh tubuh, karena itu tubuh bisa membentuk antibodi terhadap insulin pengganti.
Antibodi ini mempengaruhi aktivitas insulin sehingga penderita dengan resistansi terhadap insulin harus meningkatkan dosisnya.
Penyuntikan insulin dapat mempengaruhi kulit dan jaringan
dibawahnya pada tempat suntikan.
Kadang terjadi reaksi alergi yang menyebabkan nyeri dan rasa terbakar,
diikuti kemerahan, gatal dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan
selama beberapa jam.
Suntikan juga dapat menyebabkan terbentuknya endapan lemak (sehingga
kulit tampak berbenjol-benjol) atau merusak lapisan lemak (sehingga
kulit berlekuk-lekuk). Komplikasi tersebut bisa dicegah dengan cara
mengganti tempat penyuntikan dan mengganti jenis insulin. Pada pemakaian
insulin manusia sintetis jarang terjadi resistensi dan alergi.
Obat-obat hipoglikemik per-oral
Golongan sulfonilurea
seringkali dapat menurunkan kadar gula darah secara adekuat pada
penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe I.
Contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid dan klorpropamid. Obat
ini menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang pelepasan insulin
oleh pankreas dan meningkatkan efektivitasnya.
Obat lainnya, yaitu metformin, tidak mempengaruhi pelepasan
insulin tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri.
Akarbose bekerja dengan cara menunda penyerapan glukosa di dalam usus.
Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita
diabetes tipe II jika diet dan olah raga gagal menurunkan kadar gula
darah secara adekuat.
Obat ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari), meskipun beberapa penderita memerlukan 2-3 kali pemberian.
Jika obat hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan baik, mungkin perlu diberikan suntikan insulin.
Pemantauan pengobatan
Pemantauan kadar gula
darah merupakan bagian yang penting dari pengobatan diabetes. Saat ini
kadar gula darah dapat diukur sendiri dengan mudah oleh penderita di
rumah. Penderita diabetes harus mencatat kadar gula darah mereka dan
melaporkannya kepada dokter agar dosis insulin atau obat hipoglikemiknya
dapat disesuaikan.
Mengatasi komplikasi
Insulin maupun obat hipoglikemik per-oral bisa terlalu banyak menurunkan kadar gula darah sehingga terjadi hipoglikemia. Hipoglikemia
juga bisa terjadi jika penderita kurang makan atau tidak makan pada
waktunya atau melakukan olah raga yang terlalu berat tanpa makan.
Jika kadar gula darah terlalu rendah, organ pertama yang terkena pengaruhnya adalah otak.
Untuk melindungi otak, tubuh segera mulai membuat glukosa dari glikogen yang tersimpan di hati. Proses ini melibatkan pelepasan epinefrin (adrenalin),
yang cenderung menyebabkan rasa lapar, kecemasan, meningkatnya
kesiagaan dan gemetaran. Berkurangnya kadar glukosa darah ke otak bisa
menyebabkan sakit kepala.
Sumber : http://ibstreatmentcenter.com
Hipoglikemia harus segera diatasi karena dalam beberapa menit bisa
menjadi berat, menyebabkan koma dan kadang cedera otak menetap.
Jika terdapat tanda hipoglikemia, penderita harus segera makan gula.
Karena itu penderita diabetes harus selalu membawa permen, gula atau
tablet glukosa untuk menghadapi serangan hipoglikemia. Atau penderita
segera minum segelas susu, air gula atau jus buah, sepotong kue,
buah-buahan atau makanan manis lainnya.
Penderita diabetes tipe I harus selalu membawa
glukagon, yang bisa disuntikkan jika mereka tidak dapat memakan makanan yang mengandung gula.
Gejala-gejala dari kadar gula darah rendah:
Rasa lapar yang timbul secara tiba-tiba
Sakit kepala
Kecemasan yang timbul secara tiba-tiba
Badan gemetaran
Berkeringat
Bingung
Penurunan kesadaran, koma
Ketoasidosis diabetikum merupakan suatu keadaan darurat.
Tanpa pengobatan yang tepat dan cepat, bisa terjadi koma dan kematian.
Penderita harus dirawat di unit perawatan intensif.
Diberikan sejumlah cairan intravena dan elektrolit untuk menggantikan cairan yang hilang melalui air kemih.
Insulin diberikan melalui intravena sehingga bisa bekerja dengan segera dan dosisnya disesuaikan.
Kadar glukosa, keton dan elektrolit darah diukur setiap beberapa jam, sehingga pengobatan yang diberikan bisa disesuaikan.
Contoh darah arteri diambil untuk mengetahui keasamannya.
Pengendalian kadar gula darah dan penggantian elektrolit biasanya bisa
mengembalikan keseimbangan asam basa, tetapi kadang perlu diberikan
pengobatan tambahan untuk mengoreksi keasaman darah.
Pengobatan untuk koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik
sama dengan pengobatan untuk ketoasidosis diabetikum, yaitu diberikan
cairan dan elektrolit pengganti. Kadar gula darah harus dikembalikan
secara bertahap untuk mencegah perpindahan cairan ke dalam otak. Kadar
gula darah cenderung lebih mudah dikontrol dan keasaman darahnya tidak
terlalu berat.
Jika kadar gula darah tidak terkontrol, sebagian besar komplikasi jangka panjang berkembang secara progresif.
Retinopati diabetik dapat diobati secara langsung
dengan pembedahan laser untuk menyumbat kebocoran pembuluh darah mata
sehingga bisa mencegah kerusakan retina yang menetap. Terapi laser dini
bisa membantu mencegah atau memperlambat hilangnya penglihatan.
Sumber : https://neohioeyes.com
Baca juga
pantangan penyakit diabetes
REFERENSI
- Mayo Foundation for Medical Education and Research (MRMER). Diabetes. 2013.
http://www.mayoclinic.com/health/diabetes/DS01121/DSECTION=causes
- Insulin. http://www.medicinenet.com/insulin/page2.htm
- Brunilda Nazario. Type 2 Diabetes. 2004. http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=42940
-http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=135